Sunday 25 July 2010

IBUKU YANG BERHATI MULIA








KAN KUKENANG SELALU SEPANJANG HAYAT
DI KANDUNG BADAN

Do’a & renungan menjelang Ibuku diambang pintu alam keabadian dijemput Malaikatul maut menghadap Sang Pencipta Allah SWT. Tanggal 11 Februari 1998 saat semua putra-putra berkumpul berdo’a bersama, rasa tersayat hati dan haru, saat Ibu sudah dalam keadaan susah payah menahan sakit, Ibu minta didudukkan hanya akan mengucapkan: “Aku njaluk ngapuro” (minta maaf), betapa tinggi dan luhur budimu, dan sangat menghormati putra-putrinya, sampai-sampai Ibu sempat dan ingat mengucapkan minta maaf kepada anak-anaknya dan berpesan yang rukun, perhatikan makanan cucu-cucunya, juga maaf kepada pembantu-pembantunya.

Bukankah kita ini yang harus mohon kepada Ibu yang telah melahirkan, mendidik dan mengasuhnya? Ya Allah, ya Robbi, saat terakhir kami mendapat pelajaran & pendididikan “rendah hati” dari Ibuku, itulah contoh perwujudan sifat/sikap rendah hatinya seorang Ibu…. seorang Ibu yang masih sempat minta maaf kepada putra-putrinya, bahkan minta maaf kepada pembantu di saat-saat kritisnya keadaan kesehatannya.

Wahai, ya Allah SWT. hibur dan ampuni Ibu kami, peluk dan dekatkan dipangkuan keampunan-Mu, jadikan teman disurga–Mu kelak segala amalan & kebaikan-kebaikannya ya Allah, Ibuku suka menyuguhi makan siapa saja yang bertamu waktu makan, Ibu suka memberikan barang yang ia sukai kepada siapa saja, Ibuku suka menolong kepada orang-orang yang sedang susah dan membutuhkan, Ibuku suka menjodohkan orang/kerabat, Ibuku suka berdoa & membaca Al-Qur’an.
Ya Allah, disaat kritispun Ibuku masih dapat shalat, dzikir. Kami ingin menirunya ya Allah.

Tunjukilah kami menuju jalan yang Engkau ridhai. Limpahkan kasih sayang dan ampunan-Mu. Ya Robbi.
Ibu, kami telah berkumpul disini saat maghrib harus berlalu, kami memohon dan berdoa disisi-Mu, sebelas bersaudara bersama para menantu, cucu & cicit, kami semua mohon pengapuro Ibu, selama kami hidupmu tentu ada salah & dosa terhadap Ibu. Bukakan pintu apuro yang seikhlas-ikhlasnya Ibu, agar kami mendapat jalan yang lancar dalam menjalani kehidupan ini.

Agar kami dapat meneruskan “amanat” dan hidup rukun “saling tolong menolong”.
Ya Allah, perkenankan kami berdoa, Semua putra-putri Ibu “Bapak HR. Dharsono”, bersimpuh dihadapan-Mu ya Allah. Dengan kerendahan hati, dan penuh rasa khidmat & ikhlas.
 Duh Gusti Allah, kasihanilah Ibuku ...
 Duh Gusti Allah, ampunilah segala kekhilafan dan dosa-dosanya
 Ibuku telah dengan jerih payah mengasuhku ya Allah
 Ibuku telah dengan berbagai cobaan cobaan dan penuh perjuangan, membesarkan dan memandikanku, mendidikku ya Allah

 Ibuku sudah cukup menderita, ringankan penderitaannya ya Allah.
 Hilangkan rasa sakitnya ,
 kami tidak tega melihat dan ikut merasakannya ya Allah.
Ampuni ya Allah, berikan jalan yang lapang, ringan penuh keampunan menuju surga-Mu.

Belai dan selimutilah Ibuku dengan selimut putih seputih salju.
Belai dan taburkan keampunan-Mu.
Sayangilah dan berikan selimut sutera putih harum, laksana belaian angin surga-Mu.
Kami tidak tega ya Allah, ikut merasakan penderitaannya.
Ampunkan Ibuku ya Allah.
Berikan ketenangan dan kesabaran atas cobaan-Mu ini.
Kewajiban kamilah putra-putrimu ingin menambah pahala, ingin berbakti kepadamu, Ibuku.
Ibu, jangan bersedih, jangan merasa merepotkan. Kami putra-putrimu ikhlas dan ridho mendampingimu.
Kami merasa lega dan ringan rasanya dapat melayani Ibu.
Ibu, putra-putrimu ikhlas dan senang hati dapat meladeni Ibu. Karena semua itu sudah menjadi kewajiban kami.
Semua pengabdian ini belum seberapa dan masih jauh lebih berat pada saat Ibu melahirkan, mengasuh & mendidik kami.
Kami semua ingat & mencatat. Betapa bangga Ibu & Bapak, waktu Uddin diterima di Fakultas Kedokteran UNDIP. Yang dengan segala perjuangan, akhirnya dapat menyelesaikan studinya dan sekaligus menyunting seorang isteri yang setia.
Ibu bangga waktu Mamu Muslichah & Mudi, Nusi diterima di Universitas Indonesia.
Ibu begitu bangga dan bersyukur dengan kecerdasan Sanusi & Fitriati, yang sempat study di Jerman & London (Inggris).
Tak kalah bangga dan bersyukurnya kepada Adiani & adik kita yang paling kecil telah dapat menyelesaikan kuliah di Fak. Farmasi UI dengan tepat waktu.
Dia cekatan bersama suami dan anak-anaknya telah rela & ikhlas menjadi penjaga gawang menunggui Ibu di Pasar Minggu ini, dengan segala suka & duka.
Semoga Allah SWT. akan memberikan pahala yang berlipat ganda kepada Adiani Erwan sekeluarga.
In ahsantum ahsantum lianfusikum. Wa in asaktum falaha “Bila engkau berbuat kebaikan, kebaikan itu akan kembali kepadamu, jika kamu berbuat kejahatan, kejahatan itu kembali kepadamu“.
“Sesungghnya ridho Allah terletak pada ridho orang tua”.
Ya Allah, ya Robbi, Himpunkan kami dalam ketulusan hati & keikhlasan tanpa pamrih.
Himpunkan kami ya Allah, di dalam rumah ketaqwaan yang abadi.
“Allahummaghfir lii waliwaalidayya warhamhuma kamaa Rabbayaanaa shoghiiraa”.
“Allahummaghfir lahaa, warhamhaa, wa’fu ‘anhaa”
“Ya Allah, ampunilah segala kekhilafannya,
Dan rahmatilah dia, dan maafkan segala kesalahannya..”
Kan ku kenang selalu ….
Ibuku selalu bersenandung sambil menyuapi kala susah makan. Ibuku sering menyanyikan lagu dalam bahasa Belanda dan lagu yang masih kuingat sampai kini walau usiaku sudah 69 tahun.

Ibuku suka memasak gudeg yang dicampur buntut sapi … duh … lezatnya bukan kepalang.
Alhamdulillah, Ibuku tidak mengalami Osteoporoses sampai wafatnya.
Aku amati, Ibuku suka mengkonsumsi ikan teri tawar banyak mengandung kalsium.
Ibuku amat memperhatikan kandungan gizi makanan yang dimakan sehari-hari oleh putra-putrinya.

Yang masih terngiang selalu ditelingaku, jangan lupa minum sehabis makan, makan buah, dll, juga minum vitamin” Erceevit” & multi vitamin untuk menambah kesehatan, selalu Ibuku mengingatkan, walau putra-putrinya 11 orang bersaudara, beliau selalu memperhatikan hal-hal yang membawa kesehatan bagi putra-putrinya.
Oh Ibu, Betapa mulia hatimu dan sungguh luar biasa jasamu .
N.M.Sulastomo

No comments:

Post a Comment