Sunday 25 July 2010

Peluncuran Buku: Nunuk, Sekolah Tanpa Gedung

JAKARTA, KOMPAS - Menandai perjalanan selama 51 tahun jadi pendidik dan mencintai dunia pendidikan, Nunuk Murdiati Sulastomo, pada peringatan ulang tahunnya ke-69, meluncurkan buku Scrambled Egg is Delicious, Perjalanan Pecinta Pendidikan, Kamis (17/6) di Jakarta.

”Buku yang ditulis Nunuk merupakan pengalaman yang sangat berharga. Sebuah proses pembelajaran dalam serial kehidupan,” kata pakar pendidikan Itje Chodidjah, pada diskusi pembahasan buku yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas tersebut.

Membaca pengalaman Nunuk mengembangkan pendidikan karakter dan budi pekerti, lanjut Itje, Nunuk ibarat sekolah tanpa gedung dan peralatan canggih. Banyak pembelajaran untuk refleksi diri, yang bisa kita peroleh dari pengalaman Nunuk.

Letjen (Purn) Moetojib mengatakan, buku Crambled Egg is Delicious, Perjalanan Pecinta Pendidikan sangat bagus untuk acuan membangun budi pekerti. Banyak hal yang bisa diambil dari pengalaman 51 tahun Nunuk menjadi pendidik.

”Dalam buku tergambar bahwa mengajar, mendidik, dan memimpin adalah bagaimana mengelola hati nurani,” ujar Moetojib.

Selain peluncuran buku dan diskusi buku, para anak didik dan guru dari TK, SD, SMP, dan SMA Dian Didaktika juga mempersembahkan pertunjukan seni tari, musik angklung, dan nyanyian.

Yang menarik, anak-anak TK mampu menampilkan tari Saman dengan serempak walau tingkat kesulitannya tinggi. Dan, anak-anak SMP menyajikan lagu-lagu daerah dalam instrumen musik angklung. Nunuk pun menyanyikan beberapa lagu. (NAL)

Sumber: Kompas, Jumat, 18 Juni 2010

ANEKA PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSI

MARI MEMBACA PERISTIWA PENDIDIKAN

Titik Cahaya




Meski setitik ....
Aku akan menyala

Terpaaan badai
Hembusan taufan
Menjadi tempaan alam
Untuk kuat bertahan
Titik Cahaya


Meski setitik
Aku ingin menyinari
Jalan masa depan
Peradaban umat
Dalam kemuliaan

Meski setitik .....
Bagai di tengah kegelapan

Menyuluh kehampaan
Tatkala mata hati terpejam,
Terselubung keredupan nilai-nilai zaman

Meski setitik .....
Aku ingin utuh berpijar
Menjadi inti cahaya
Menerangi kehidupan

Aku ingin berkilau
Laksana intan
Memantulkan sinar indah
Menghias relung kesunyian

Meski setitik ....
Aku akan menyala

Terpaan badai
Hembusan taufan
Menjadi tempaan alam
Untuk kuat bertahan

( Puisi ini Kubaca saat ultah Dian Didaktika ke -25 )

Sepucuk surat dari seorang Ayah

Aku tuliskan surat ini atas nama rindu yang besarnya Allah yang tahu. Sebelum kulanjutkan,
bacalah surat ini sebagai surat seorang laki-laki kepada seorang laki-laki, seorang ayah pada seorang anak.
Nak, menjadi Ayah itu indah dan mulia.

Besar kecemasanku saat menanti kelahiranmu dulu,
belumlah hilang hingga saat ini.
Kecemasan yang indah karena didasari oleh sebuah cinta.
Sebuah cinta yang telah terasakan bahkan ketika yang dicintai belum sekalipun ku temui.

Nak, menjadi ayah itu mulia.
Bacalah sejarah Nabi-Nabi dan Rasul
Dan temukanlah betapa nasehat yang terbaik itu dicatat dari dialog seorang ayah dengan anak-anaknya.
Meskipun demikian, ketahuilah Nak
Menjadi ayah itu berat dan sulit.

Tapi ku akui , betapa sepanjang masa kehadiranmu di sisiku,
aku seperti menemui keberadaanmu,
makna keberadaanmu adalah salah satu masa terindah
dan paling aku banggakan di depan siapapun.

Bahkan di hadapan Allah,
ketika aku duduk berduaan berhadapan dengan-Nya,
hingga saat usia senjaku ini.
Nak, saat pertama engkau hadir,
ku cium dan kupeluk engkau
sebagai buah cintaku dan Ibumu.

Sebagai bukti, bahwa aku dan Ibumu tak lagi terpisahkan oleh apapun jua.
Tapi seiring waktu,
ketika engkau suatu kali telah mampu berkata ”TIDAK”
timbul kesadaranku siapa engkau sesungguhnya.
Engkau bukan milikku, atau milik Ibumu Nak,
Engkau lahir bukan karena cintaku dan cinta ibumu.
Engkau adalah milik Allah.


Tak ada hakku menuntut pengabdian darimu.
Karena pengabdianmu semata-mata seharusnya hanya untuk Allah.
Nak, sedih, pedih dan terhempaskan rasanya
kala menyadari siapa sebenarnya aku dan siapa engkau.
Dan dalam waktu panjang dimalam-malam sepi,
kusesali kesalahanku itu sepenuh-penuh air mata di hadapan Allah. Syukurlah,penyesalan itu mencerahkanku.


Sejak saat itu nak ..
satu-satunya usahaku adalah mendekatkanmu kepada pemilikmu.
Melakukan segala sesuatu karena-NYa,
bukan karena kau, aku dan ibumu.
Tugasku bukan membuatmu dikagumi orang lain,
tapi agar engkau dikagumi dan dicintai Allah.
Inilah usaha terberatku Nak,
karena artinya aku harus lebih dulu memberi contoh kepadamu
dekat dengan Allah.
Keinginanku harus lebih dahulu sesuai dengan keinginan Allah.
Agar perjalananmu mendekati-Nya tak lagi terlalu sulit.
Kemudian, kitapun memulai perjalanan itu berdua,
tak pernah engkau kuhindarkan dari kerikil tajam dan lumpur hitam.


Aku Cuma menggenggam jemarimu dan merapatkan jiwa kita satu sama lain, agar dapat kau rasakan perjalanan ruhaniah yang sebenarnya.
Saat engkau mengeluh letih berjalan,
kukuatkan engkau karena kita memang tak boleh berhenti.


Perjalanan mengenal Allah tak kenal letih dan berhenti, Nak.
Berhenti berarti mati,
inilah kata-kataku tiap kali memeluk dan menghapus air matamu,
ketika engkau hampir putus asa.


Akhirnya Nak,kalau nanti, ketika semua manusia dikumpulkan di hadapan Allah,
aku dapati jarakku amat jauh dari-NYa, aku akan ikhlas.
Karena seperti itulah aku di dunia.Tapi, kalau boleh aku berharap,
aku ingin saat itu aku melihatmu dekat dengan Allah.


Aku akan bangga nak,Karena itulah bukti bahwa semua titipan
bisa kita kembalikan kepada pemilikNya.
Dari Ayah yang selalu merindukanmu ...


Kiriman dari : Yuriadi Sulastomo

Mengenang 21 tahun wafat anakku Februari 2010


Kutulis dan kupanjatkan do’a buatnya:
Inilah petikan do’a kami sekeluarga saat Haul ke 21 Almarhum Sony Iskandar pada hari Sabtu tgl 12 Februari 2010 yang lalu :




Allahummaghfirlahu Warhamhu Wa’fu ‘anhu
Ya Allah
Ampunilah dosanya,
hapuskanlah kesalahnnya,
muliakanlah tempatnya,
lapangkanlah pintu baginya surga yang kekal abadi.
Hai jiwa yang tenang kembalilah kepada Tuhan-Mu
Dengan ridha lagi diridhai-Nya

Masukanlah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku
Dan masuklah ke dalam surga-Ku. (Alfajr 89 ayat 27-30)
Terasa detak jantungmu kudekap lembut
Empat puluh lima tahun yang lalu

Bila engkau masih hidup, seorang bayi mungil
Anakku pertama lahir 10 Agustus 1965 dalam perjuangan.
Ayahmu memimpin HMI (1963-1966)

Tinggal berpindah-pindah, di Aceh di Jl. Manila-Senayan Jakarta,
Di Jl. Ekadaksa Komplek Dept. Keuangan
Di Jl. S. Parman Ps. Slipi Komplek Bapindo
Dan akhirnya di Cinere Jl. Ambon H/66
Sony amat berbahagia,

Ayahnya punya rumah sendiri
Dan Sony meninggalkan kita semua.
Inna lillahi Wainna ilaihi raji’uun

Ya Allah terimalah anakku
Karena bukan milikku.
Selimutilah ya Allah dengan selimut putih seputih salju
Terimalah Ya Allah di surga-Mu,
Karena ia anak baik,
anak yang soleh dan baik hati.

IKHLAS kami menerima Amanat-Nya
Melahirkan, membesarkan, mendidiknya dalam Islam

IKHLAS kami melepas,
Karena telah dipanggil-Nya

Anak kandung si Sulung.
Cahaya mata orang tua dan adik-adiknya.
Karena dia memang milik-Nya.

PESAN TERAKHIR ALMARHUM SONY ISKANDAR


Pesan ini ditulis sebulan sebelum menghadap Allah Maha Pencipta. Subhanallah jiwa yang tenang dibimbing Allah untuk menulis naskah di bawah ini:

”Camkanlah hidup ini tidak lama, kita hidup di dunia hanya untuk menuju kehidupan yang sebenarnya yaitu setelah kita dibangunkan dari tidur di alam kubur nanti”.
Berbuat sesuatu untuk kemanusiaan di sekeliling kita. Mereka perlu perhatian kita. Kita kaum yang dapat mengecap pendidikan harus dapat bersyukur. Pergunakan kesempatan itu, dapat amalkan kepandaian untuk sesamanya.

Kita generasi muda harus bersatu dengan satu tujuan, yaitu membangunkan orang-orang dari tidurnya. Mereka harus disadarkan kesadarannya akan peranan kita di masa yang akan datang.

Peranan pemuda sangat penting, sebab pemudalah yang akan meneruskan jalannya pembangunan ini. Kita harus dapat berbuat melebihi dari bapak-bapak kita sekarang.
Untuk itu persiapan apa yang akan kita lakukan?
Kita harus belajar dari orang tua kita yang baik.
Kita harus banyak mengetahui apa yang terjadi di sekeliling kita.
Harus peka terhadap kemajuan-kemajuan, sehingga kita dapat mengejar ketinggalan kita.
Tekunilah sesuatu yang kita anggap cocok dengan diri kita. Sehingga kita menjadi seorang ahli di bidang kita. Jangan tanggung-tanggung kalau kita melakukan sesuatu, tapi bukan kita buta terhadap sekeliling kita. Harus juga mengetahui di bidang-bidang lain, yang akan membuat kita menjadi manusia sosial.
Selain kita selalu berbuat baik, kita harus waspada, agar kita dapat tegak berdiri menurut keyakinan kita yang mulia. Memang masa muda yang penuh cobaan, godaan sana sini adaptasi yang terjadi kadang-kadang membutuhkan pengorbanan. Pengorbanan itu tidak asal kadang-kadang tidak selalu benar.

Ditengah persaingan yang keras dalam kehidupan, kita juga perlu selalu ingat dengan Tuhan pencipta kita. Kita telah diberi kenikmatan duniawi, kita juga harus shalat, beramal shaleh dan lain-lain untuk bekal di akhirat nanti .

Dengan shalat kita dapat mengontrol, meluruskan/mengingatkan kita agar tidak berbuat hal yang melanggar larangan Tuhan. Marilah kita mengimbangi kegiatan yang bersifat duniawi dengan tujuan akhir dari kehidupan kita yaitu selamat di dunia dan akhirat.
Dengan agama adalah satu-satunya cara mengontrol kehidupan kita agar dapat diberikan iman yang lurus yang diridhai Allah SWT.

Dengan agama kita mengetahui apa-apa yang telah kita khilafkan dan tidak mengulangi lagi.
Dengan agama kita dapat hidup saling berdampingan antar insan-insan dunia, sehingga membuat jiwa kita jujur, penolong, ramah dan toleransi. Ini adalah cara kita mengontrol hidup kita. Kalau melakukan sesuatu, kita ingat Tuhan apakah sudah cocok dengan perintah-Nya.

Apakah ini baik dilihat oleh masyarakat sekeliling kita .
Perkara itu semoga dapat mengetuk hati kita semua agar dapat terwujud yang kita cita-citakan bersama yaitu hidup makmur sejahtera, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia baik jasmani dan rohani.

Akhirnya penulis menyampaikan ma’af yang sebesar-besarnya atas tulisan ini”.
Dengan wasiat ini wajib kita sampaikan kepada seluruh pemuda di sekitar kita minimal, Wahai Allah Yang Maha Kuasa, Bulan depan Soni meninggalkan dunia dan seluruh orang-orang yang dicintainya, dan meninggalkan naskah ini untuk ikhlas memenuhi panggilan menghadap Sang Pencipta, semoga Allah memuliakan tempatnya dan dapat berkumpul pada orang-orang yang shaleh. Amin.

( Soni Iskandar Putera Sulung yang telah mendahului kami menghadap Allah Rabbul Izzati )